Sabtu, 19 September 2009

Nikmati Perbedaan

Perbedaan adalah anugrah dari Yang Maha Kuasa.

Lihatlah sekeliling kita, indahnya warna-warni bunga,
warna-warni satwa, dan segala keragaman lain yang
menghiasi dunia.

Bayangkan kalau kita hanya mengenal warna hitam saja!
Alangkah gelapnya nya dunia ini! :-)

Tanpa adanya perbedaan dan warna-warni, kita tidak akan
merasakan hidup semeriah dan seindah sekarang ini, betul?! :-)

Begitu pun dengan kehidupan, setiap insan selalu berhadapan
dengan segala macam perbedaan dan warna-warni kehidupan.

Tapi sayang, tidak semua orang mampu melihat perbedaan
sebagai kekayaan. Banyak orang merasa tersiksa karena
perbedaan alias mereka tidak mampu menikmatinya.

Berbagai bentuk kejahatan dimulai hanya karena perbedaan.
Entah itu perbedaan warna kulit, agama, suku bangsa,
prinsip, atau sekadar pendapat.

Sebenarnya, perbedaan bukanlah sesuatu yang bisa dihindari.
Setiap orang lahir dengan perbedaan dan keunikannya
masing-masing. Mulai dari perbedaan fisik, pola pikir,
kesenangan, dan lain-lain.

Tidaklah mungkin segala sesuatu hal sama. Bahkan kesamaan
pun sebenarnya tidak selalu menguntungkan.

Coba bayangkan, seandainya semua orang memiliki kemampuan
memimpin, lantas siapa yang mau dipimpin? Kalau semua orang
menjadi orang tua, siapa yang mau jadi anak? Siapa juga yang
akan menerima sedekah, jika semua orang ditakdirkan kaya?

Perbedaan ada bukan untuk dijadikan alat perpecahan.
Banyak hal positif yang bisa kita peroleh dengan perbedaan.
Namun, tentu saja semua itu harus bersyarat. Nah, syarat apa
saja yang harus dipenuhi?

Berikut di antaranya...

1. Cara pandang kita terhadap perbedaan.

Berpikirlah positif dengan mensyukuri adanya perbedaan.
Anggaplah perbedaan sebagai kekayaan. Cara pandang yang
benar akan melahirkan sikap yang tepat. Ada baiknya kita
mencari persamaan terlebih dahulu, sebelum mencari
perbedaan.

2. Kelola perbedaan sebaik mungkin.

Musyawarah untuk mencapai kesepakatan adalah jalan yang
tepat untuk mengelola perbedaan. Berlatihlah untuk
menghargai, menerima, menjalankan dan bertanggungjawab
terhadap keputusan bersama, meski berlawanan dengan ide
awal kita.

3. Selalu posisikan segala sesuatu pada tempatnya.

Saat bekerja sama dengan orang lain, salurkan potensi,
karakter, minat yang berbeda-beda pada posisi 'yang tepat'.
Cara ini akan mendorong tercapainya tujuan bersama dan
mendukung pengembangan potensi masing-masing individu.

4. Jangan pernah meremehkan orang lain.

Apapun dan bagaimana pun kondisi atau pendapat orang lain,
perlakukan mereka selayaknya diri kita ingin diperlakukan.
Anggaplah semua orang penting. Mereka memiliki peran
tersendiri, yg bisa jadi tidak bisa digantikan oleh orang lain.

5. Jangan menonjolkan diri atau sombong.

Merasa diri paling penting dan lebih baik daripada orang
lain *tidak akan* menambah nilai lebih bagi kita. Toh kita
tidak bisa hidup tanpa orang lain. Jadilah beton dalam
bangunan. Meski tidak nampak, namun sesungguhnya ialah
yang menjadi penyangga kokohnya sebuah bangunan. :-)

6. Cari sumber informasi yang terjamin kebenarannya.

Perbedaan bisa muncul karena informasi yang salah.
Oleh sebab itu, pastikan sumber informasi kita bisa
terjamin dan dapat dipercaya kebenarannya. Lebih bagus
lagi jika disertai bukti yang mendukung.

7. Koreksi diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain.

Menyalahkan orang lain terus menerus tidak akan banyak
membantu kita. Bisa jadi kesalahan sebenarnya terletak pada
diri kita. Karenanya, koreksi diri sendiri terlebih dahulu
merupakan langkah yang paling bijaksana.

So, berhentilah menyesalkan perbedaan. Karena jika tidak,
kita akan kehilangan sumber kebahagiaan! :-)

Jumat, 18 September 2009

Sempatkan Untuk Mendengar!

Sempatkan Untuk Mendengar


Banyak orang bisa 'berkata', namun sedikit yang mau
'mendengar'. Padahal jika kita mau kembali ke hukum alam,
seharusnya kita harus lebih banyak mendengar daripada
bicara. Bukankah Tuhan memberi kita dua telinga dan hanya
satu mulut? :-)

Begitupun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir.
Indra pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang
lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih susah daripada
berbicara?

Meski secara kasat mata mendengar adalah hal yang gampang,
namun nyatanya banyak orang yang lebih suka didengarkan
daripada mendengarkan.

Mendengarkan merupakan bagian esensi yang menentukan
komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang bagus,
biasanya akan muncul banyak masalah. Yang sering terjadi,
kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Kita tidak
tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda dan hanya
tergantung pada cara kita.

Selalu merasa benar, paling kompeten, dan tidak pernah
melakukan kesalahan. Duh... malaikat kali! :-)

Jika kita selalu merasa bahwa diri kita benar, dan cara
kitalah yang paling tepat, itu berarti kita tidak pernah
mendengarkan. Ide dan opini kita sangat sukar untuk diubah
jika fakta tidak mendukung keyakinan kita. Bahkan kalau ada
fakta pun kita mungkin hanya akan sekedar meliriknya saja.

Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita, tapi untuk
jangka waktu yang panjang, orang-orang akan menolak dan
membenci kita. Jika kita mau mulai mendengarkan orang lain,
maka suatu saat kita akan menyadari kesalahan kita.

Jawaban untuk mengatasi sifat ini adalah mengasah skill
mendengar aktif. Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut,
tapi juga melibatkan partisipasi aktif kita. Mendengar yang
baik bukan berharap datangnya giliran berbicara.

Mendengar adalah komitmen untuk memahami pembicaraan dan
perasaan lawan bicara kita. Ini juga sebagai bentuk
penghargaan bahwa apa yang orang lain bicarakan adalah
bermanfaat untuk kita. Pada saat yang sama kita juga bisa
mengambil manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut.

Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship. Jika
kita melakukannya dengan baik, orang-orang akan tertarik
dengan kita dan interaksi kita akan semakin harmonis.

Berikut teknik mudah yang dapat dipraktekkan oleh Mira
dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar yang
baik :

1. Peliharalah kontak mata dengan baik. Ini menunjukkan
kepada lawan bicara tentang keterbukaan dan kesungguhan
kita

2. Condongkan tubuh ke depan. Ini menunjukkan ketertarikan
kita pada topik pembicaraan. Cara ini juga akan
mengingatkan kita untuk memiliki sudat pandang yang lain,
yaitu tidak hanya fokus pada diri kita.

3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang butuh klarifikasi
atau ada informasi baru yang perlu kita selidiki dari lawan
bicara kita.

4. Buat selingan pembicaraan yang menarik. Hal ini bisa
membuat percakapan lebih hidup dan tidak monoton.

5. Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh
lawan bicara kita. Ini menunjukkan bahwa kita memang
mendengarkan dengan baik hingga hapal beberapa cuplikan
kata.

6. Buatlah komitmen untuk memahami apa yang ia katakan,
meskipun kita tidak suka atau marah. Dari sini kita akan
mengetahui nilai-nilai yang diterapkan lawan bicara kita,
yang mungkin berbeda dengan nilai yang kita terapkan.

Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan
menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran
baru, yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya.

Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama
menariknya dengan pembicara yang baik. Jika kita selalu
pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu, maka
suatu saat kita akan merasakan manfaatnya.

Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan, tapi
lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita
lakukan. Kita akan merasa lebih baik atas diri kita,
hubungan kita, teman-teman kita, anak-anak kita, maupun
pekerjaan.

Kesimpulan: jadilah pendengar yang baik, karena sifat ini
bisa menjadi kunci untuk mengembangkan pikiran yang
positif, dan merupakan salah satu tangga untuk
mencapai kesuksesan!

Kamis, 17 September 2009

Nia temanku dan Sedekah

Satu hal yang paling Aku sukai dari temanku Nia adalah dia menyukai ceritaku tentang buku buku yang Aku baca. Dan diam diam dia menyimpannya untuk kemudian dilain waktu dipraktekkan. Dan yang paling menarik dari sekian banyak cerita adalah dia paling sering mempraktekkan sedeqah. Berikut adalah salah satu ceritanya.

Suatu hari, pagi pagi Nia hanya punya uang Rp.20,000 sisa dari uang kemarin hasil dagang. Dia bingung apakah dengan uang sekian bisa untuk mewakili biaya pagi ini. Uang jajan 2 anaknya, belum lagi sarapan pagi. Karena bingung Nia teringat sesuatu. Lantas Nia memanggil anaknya yang paling besar. Nia menyuruh anaknya memberikan uang pada dua orang anak yatim sebesar Rp.5,000 per orang. Sisa uangnya dibelikan nasi kuning dan untuk jajan sekolah dua anaknya. Sedang untuk kepasar pagi itu Nia tiadak punya ongkos sama sekali, tapi dia yakin pasti akan ada beragam kemudahan yang akan terjadi.

Dan benar, ketika Nia berjalan keluar rumah, tetangga sebelahnya yang pakai motor menawarkan tumpangan ke pasar. Duuh Alhamdulillah. First Miracle....

Dipasar baru aja rolling doornya dibuka langsung ada pembeli. Luar biasa ..padahal biasanya menunggu penglaris kadang kadang sampai siang susah. Kira kira jam sepuluh datanglah seorang ibu membawa 3 orang anak kecil yang kelihatannya masih sekolah di SD. Ibu itu mau membeli seragam untuk mereka. Ketika terjadi tawar menawar si Ibu itu bilang ke Nia agar di murahkan karena ketiga anak kecil ini sudah tidak punya Bapak. Nia tersentak, Tiba tiba teringatlah kedua anaknya. Tanpa tedeng aling, Nia malah memberikan 3 stel baju seragam pada ke 3 anak yatim tersebut ditambah uang penglaris yang Rp.20.000 itu untuk jajan mereka. Si Ibu itu berkali kali mengucapkan terimakasih. Nia kembali tidak punya uang. Tapi tidak kekhawatiran, karena toh untuk makan siang bisa makan aja dulu, bayar kalau sudah ada penglaris. Dan Allah tidak tidur, The Miracle selanjutnya terjadi....

Sesudah peristiwa itu, untuk pasar yang sesepi ini, sementara orang lain tidak pecah telor untuk dagangannya, Nia Alhamdulillah kedatangan pengunjung yang tidak bisa dikatakan rame tapi selalu ada sampai sore. Dan rasanya orang orang itu bukan lah pelanggannya. Dan anehnya lagi mereka jarang menawar. Begitu Nia memberi harga mereka langsung pada setuju. Dan ketika tutup Nia menghitung uang penglaris hari ini Rp. 850,000, sebesar 10 x lipat uang yang disedeqahkannya untuk anak2 yatim tersebut.

Setelah tutup dia langsung datang kerumah, sambil nangis dia menceritakan pengalamannya hari ini, dan berulang-ulang menghitung uang hasil jerihpayahnya tsb. Di ujung ceritanya dia mengatakan pada Saya bahwa benar kata Ustadz Yusuf Mansyur bahwa sedeqah Insya Allah akan diganti sebesar 10x lipat uang yang telah dikeluarkan.

Aku mendengar..speechless....dan SUBHANALLAH..Maha Kaya Allah..

Selasa, 15 September 2009

CERITA SEORANG ANAK YATIM PIATU SELEPAS PESTA ULANG TAHUN TETANGGANYA

by Taufiq Ismail

1

Seminggu lalu

datanglah undangan
Untuk kami anak-anak penghuni Panti Asuhan
Diantarkan seorang ibu
dan anak gadisnya
Sekolahnya kira-kira di SMA
Mereka naik Corolla biru
Dari pakaian, cara bicara dan perilaku
Kelihatan tamu ini orang gedongan
Golongan yang hidup lebih dari kecukupan.

Mereka mengundang
anak-anak Panti Asuhan
Untuk ikut acara ulang tahun
Rebo jam tujuh malam.

Dan berangkatlah kami pada waktu yang ditentukan
Berjumlah dua
puluh tiga, termasuk bapak dan ibu asrama
Jalan kaki bersama, karena jaraknya
cuma terpisah sepuluh rumah saja
Rombongan disilakan masuk dengan ramah
Dan anak-anak berusaha duduk di belakang-belakang saja
Tapi disuruh berbaur dengan tamu-tamu lainnya
Para remaja belasan tahun
Mereka sehat-sehat, harum-harum
Berbaju mahal dan tembem-tembem pipinya
Saya berjuang melawan sifat minder saya
Duduk di tengah ruang tamu yang luas

Di
atas karpet bersila, pegal dan canggung
Di
antara jajaran barang antik dan macam-macam perabotan
Di bawah lampu kristal bergelantungan.

Tapi alangkah aku jadi heran
Tidak ada acara potong kue dan tiup lilin
Tidak ada tepuk tangan mengiringi
Lagu Hepi-Bisde-Tuyu
Hepi-Bisde-Tuyu.

2

Lalu seorang remaja membaca
Surah Luqman
Dengan suara amat merdunya
Dan suaranya berubah jadi untaian mutiara
Yang berkilauan jadi kalung di leher pendengarnya.

Kemudian
Lia yang berulang tahun
Berpidato sangat mengharukan
Dalam acara seperti ini
Bukan saya yang jadi pusat perhatian
Diperingati atau dihargai

Tapi mama
Ya, mama kita
Ibunda kita
Dan
ayahanda.
Ibunda dan ayahanda
Pusat perhatian kita.

Hari ini, enam
belas tahun yang lalu
Mama melahirkan saya
Posisi saya sungsang
Saya terlalu besar
Jadi mama harus sectio Caesaria
Mama dibedah,
berdarah-darah
Seluruh keluarga khawatir dan berdoa
Di
luar ruang operasi
duduk menanti berita
Dalam kecemasan luar biasa
Tapi alhamdulillah
kelahiran selamat
Walau pun mama sangat menderita

Sekarang ini, enam belas tahun kemudian
Ulang tahun saya dirayakan

Saya pikir, tidak logis saya jadi pusat perhatian
Harus mama yang jadi pusat perhatian
Mama. Bukan saya
Saya pikir, tidak logis saya minta kado
Harus mama yang diberi kado
Anak gadis itu berhenti sebentar
Dia sangat terharu
Kemudian
dia mengambil sebuah bungkusan
Kertas berkilat, diikat pita berbentuk
bunga

Mama
Terima kasih mama, terima kasih
Mama telah melahirkan
saya
dengan susah payah
Mama menyabung nyawa
Berdarah-darah
Persis
malam ini, 16 tahun yang lalu
Terimalah rasa terima kasih ananda
Tidak seberapa harganya.

Mamanya berdiri
Terpukau pada kata-kata anak
gadisnya
Terharu pada jalan pikirannya
Yang dia tak sangka-sangka
Dia langsung memeluk anaknya
Terguguk-guguk menangis
Keduanya tersedu-sedu
Hadirin menitikkan air mata pula
Suasana mencekam
terasa
Dan
hening agak lama

3

Kemudian kakak pembawa acara
berkata

Para hadirin yang mulia
Ini memang kejutan bagi kita
Karena dengan tahun yang lalu

acara ini berbeda
Lia tidak mau tiup lilin jadi acara
Karena ditemukannya di ensiklopedia

Manusia di Zaman Batu di Eropah
Percaya pada kekuatan
nyala lilin, begitu tahayulnya
Bisa mengusir sihir, roh jahat, leak dan
memedi begitu katanya
Termasuk sijundai, setan, hantu, kuntilanak dan
gendruwo
Dan itu berlanjut ke zaman Romawi kuno
Lalu dikarang lagi
berikutnya superstisi
Yaitu apabila lilin-lilin itu sekali tiup nyalanya
semua mati
Maka akan terkabul

apa yang jadi cita-cita di dalam hati.

Lia tidak mau acara ulang tahunnya oleh tahayul jadi
bernoda
Acara yang ditentukan oleh budaya jahiliah zaman
purbakala
Katanya:
Kok tiupan nyala 16 lilin bisa menentukan nasib
saya?
Allah yang menentukan nasib saya

Sesudah kerja keras saya
Saya tidak mau dibodoh-bodohi tahayul
Walau pun itu datangnya dari
barat atau pun timur juga

Saya tidak mau dibodoh-bodohi budaya mereka
Minta kado dari Papa dan Mama
Minta kado dari keluarga dan
kawan-kawan saya.

Saya tidak mau cuma jadi kawanan burung kakaktua

Burung beo yang pintar meniru adat Belanda dan Amerika
Dalam acara ulang tahun kita
Begitu katanya.

Sesudah bertangis-tangisan
dengan ibunya
Berkatalah yang berulang tahun itu

Hadiah paling saya
harapkan dari kalian
Adalah doa bersama
Sesudah hamdalah dan
salawat
Karena saya ingin jadi anak yang baik laku
Jadi perhiasan di leher ibuku
Jadi penyenang hati ayahku
Rukun dengan kakak-kakak dan
adik-adikku
Bertegur-sapa dengan semua tetangga
Dan kelak ketika
dewasa

Berguna bagi Indonesia.

4

Anak yatim piatu yang mendapat undangan itu
Lihatlah bersama
kawan-kawannya
Disilakan makan bersama-sama
Dengarlah kisah kesannya
kini:

Dalam acara makan kunikmati nasi
Beras Rajalele yang putih gurih
Dendeng tipis balado, ikan emas panggang
Dan udang goreng, besar dan gemuk-gemuk
Belum pernah aku memegang udang sebesar itu

Di
asrama ikan asin dan tempe
Seperti nyanyian yang nyaris
abadi
Kadang-kadang makan pun cuma sekali sehari.

Ketika kulayangkan
pandangku ke depan
Kulihat tuan rumah yang baik hati itu
Bapak dan ibu
itu
Berdiri bersama Lia anak gadisnya
Berbicara amat
mesranya

Kubayangkan ayahku almarhum
Mungkin seusia dengan bapak ini
Beliau meninggal ketika umurku setahun

Kubayangkan ibuku
almarhumah
Wafat ketika aku kelas enam SD
Mungkin seusia pula dengan ibu itu

Tidak pernah aku merayakan ulang tahunku
Tidak pernah.

Semoga sorga firdaus jua
Bagi ibu bapakku

Panas
mengembang di atas pipiku
Tak tertahan
Titik air mataku.

2007


Design By vio Templates Blogspot @ Tips Collections